Minggu, 07 Juni 2015

KOMITMEN DAN RUTINITAS PENDAMPINGAN PKH

Pelaksanaan pembayaran bantuan PKH
Pembayaran bantuan PKH adalah puncak dalam pelaksanaan pendampingan PKH pada setiap periodenya. Bukan semata bagaimana terealisasinya pembayaran bantuan dengan capaian maksimal, akan tetapi seberapa besar tingkat pemenuhan komitmen dari setiap peserta PKH tersebut. Sudah menjadi hal yang sama-sama dipahami oleh setiap peserta PKH bahwa besarnya jumlah bantuan yang akan diterima bergantung dengan jumlah kategori yang dimiliki dan prosentase pemenuhan atas kewajiban. Kondisi tersebut dapat terlihat dari hasil verifikasi kesehatan dan pendidikan yang dilakukan oleh para pendamping PKH terhadap KSM dampingannya, hasilnya berupa prosentase pencapaian pemenuhan kewajiban yang selanjutnya menjadi faktor penentu jumlah bantuan yang akan diterima.
Pelaksanaan verifikasi bidang pendidikan PKH perlu komitmen dari semua komponen yang terlibat terutama pihak pelaksana fasilitas pendidikan sebagaimana Bapak Drs. Sukmi AR Kepala SD Negeri 2 Sukoharjo III
Sampai dengan pelaksanaan PKH di tahap kesatu tahun 2015 yang dibayarkan pada bulan April 2015 atau tepatnya penerimaan bantuan PKH tahap kesepuluh dari keseluruhan tahapan menunjukkan kondisi belum 100% pemenuhan kewajiban bagi peserta PKH bisa dipenuhi. Hal ini menjadi gambaran komitmen dari para peserta PKH dan pola pendampingan KSM dalam satu periode bayar. Disamping itu, adanya tingkat capaian yang berbeda dari setiap peserta PKH mencerminkan tingkat akurasi dari verifikasi yang dilakukan. Ini merupakan satu gambaran bukti bahwa PKH adalah salah satu program pengentasan kemiskinan yang memberikan bantuan tunai bersyarat bagi pesertanya, bahkan dari apa yang tersebut di atas keadaan ini mengisyaratkan telah dilaksanakannya tugas verifikasi oleh para pendamping PKH pada wilayah dampingannya masing-masing.
Selain melaksanakan verifikasi atas kewajiban para KSM peserta PKH, maka pekerjaan rutin lain dari seorang pendamping PKH adalah melakukan pemutakhiran data. Pemutakhiran data KSM secara berkala dengan seksama dan pelaksanaan verifikasi merupakan dua hal yang menjadi bagian utama dari PKH. Jika pemutakhiran data untuk mengupayakan pelaksanaan PKH benar-benar mendekati tepat sasaran sedangkan kegiatan verifikasi mengecek kepatuhan peserta memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan yang selanjutnya menjadi dasar perhitungan besarnya dana bantuan yang diterima KSM peserta PKH sesuai kategori tertentu. Disamping hal tersebut, memotivasi KSM dampingan untuk meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan keluarga menjadi bagian penting lainnya yang memiliki korelasi atas upaya peningkatan kesejahteraan bagi KSM itu sendiri.

Pentingnya Pertemuan Kelompok PKH
Peserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai secara bersyarat, termasuk pemotongan dari PKH apabila ada ketidak terpenuhinya kewajiban dalam bulan di periode berjalan. Dalam konteks ini KSM peserta PKH adalah elemen penting dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan kesehatan. Untuk itulah adanya rutinitas dalam setiap kelompok KSM PKH berupa pertemuan kelompok setiap bulannya menjadi hal yang sangat penting dalam transformasi pengetahuan dan informasi perkembangan program terkini kepada seluruh KSM peserta PKH, termasuk pelaksanaan verifikasi tingkat kehadiran yang secara serentak sebagaimana yang dilaksanakan pada bulan Mei 2015 untuk periode bayar tahap kedua nanti.
Jika membahas lebih jauh bagaimana pentingnya fungsi pertemuan kelompok PKH dalam keberhasilan pelaksanaan pendampingan PKH di lapangan menjadi satu hal yang menarik. Ini lebih karena adanya korelasi lanjutan atas manfaatnya bagi KSM secara individu dan kelompok PKH itu sendiri. Bukan sekedar terpenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta PKH minimal sekali dalam setiap bulannya, akan tetapi melalui pertemuan kelompok PKH menjadi sarana bagi KSM peserta PKH mengetahui lebih banyak manfaat apa yang bisa diperoleh sebagai peserta PKH. Bahkan ada diantara kelompok PKH yeng menjadikan pertemuan kelompok bulanan PKH sebagai sarana pengembangan usaha ekonomi produktif yang mereka miliki, baik itu berupa usaha simpan pinjam kelompok atau kelompok usaha bersama yang mereka bentuk secara mandiri. Dalam konteks ini, pertemuan kelompok memberikan ruang bagi peserta kelompok PKH dan pendamping PKH mendiskusikan dan membahas permasalahan yang ada dan mencari solusi terbaik penyelesaiannya.
Sebagai contoh fungsi pentingnya pertemuan kelompok PKH adalah pelaksanaan pertemuan kelompok PKH Tunas Jaya Pekon Sukoyoso Kecamatan Sukoharjo yang dilaksanakan setiap tanggal 25 dalam setiap bulannya. Selain upaya pendisiplinan bagi peserta PKH, pertemuan kelompok dengan kehadiran perangkat Pekon yang turut memberikan motivasi dan dukungan pada pelaksanaan PKH dalam setiap pertemuan kelompok menjadi amunisi tersendiri bagi pendamping PKH untuk menggiatkan usaha pemberdayaan kelompok. Sebagaimana yang pernah dibahas dalam posting beberapa waktu lalu tentang kegiatan KUBE PKH Tunas Jaya dalam mengembangkan keset anyam dari kain perca, namun dalam tulisan kali ini adanya pelaksanaan kegiatan simpan pinjam dalam sesi akhir pertemuan kelompok menjadi hal yang menarik. Karena menjadi satu bukti nyata bahwa pertemuan kelompok bisa menjadi sarana kegiatan ekonomi produktif bagi kelompoknya. Walau dalam skala ratusan ribu rupiah untuk setiap pinjaman bagi anggotanya, akan tetapi proses pelaksanaanya telah menjadi hal yang sangat penting dalam pembinaan kelompok itu sendiri. Lebih jauh lagi bila dikaitkan dengan adanya wacana program lanjutan dari PKH berupa KUBE PKH bagi para peserta PKH masa transisi agar bisa lebih cepat graduasi atau lulus program, maka pertemuan kelompok PKH menjadi kegiatan yang sangat strategis dalam pelaksanaan PKH. Terutama dari tujuan KUBE PKH berupa peningkatan aspek sosial dan aspek ekonomi, yang secara langsung bisa diperoleh dalam kegiatan pertemuan kelompok PKH sebagaimana rutinitas pada kelompok PKH Tunas Jaya.
 
Sesi akhir pertemuan kelompok PKH Tunas Jaya adalah pelaksanaan kegiatan simpan pinjam kelompok
Monitoring dan Evaluasi
Selain apa yang dilakukan oleh para pendamping PKH dalam melaksanakan dampingan terhadap KSM peserta PKH, adanya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program secara berkala dan rutin menjadi faktor penting lainnya terhadap pencapaian keberhasilan pelaksanaan PKH. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim UPPKH Provinsi dan Kabupaten Pringsewu secara signifikan telah mempengaruhi proses pelaksanaan itu sendiri, dan secara langsung akan berhubungan dengan para pendamping PKH dan KSM dampingannya. Hal itu juga yang nantinya akan menjadi refrensi atas rencana kerja lanjutan pendampingan KSM peserta PKH bagi para pendamping PKH.
Akan tetapi satu hal penting dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini adalah bukan sekedar rutinitas dan mengejar target pemenuhan administrasi belaka, akan tetapi memang dilaksanakan dengan seksama yang akan memberikan rekomendasi atas langkah perbaikan pelaksanaan program dan penyelesaian masalah yang ada di lapangan. Sampai dengan saat ini, bisa jadi pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan setiap program pengentasan kemiskinan termasuk PKH bulum terlaksana secara maksimal. Banyak faktor penyebabnya yang tidak memungkinkan dibahas dalam tulisan kali ini. Akan tetapi, secara esensi pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKH di wilayah kerja UPPKH Provinsi Lampung telah terlaksana cukup baik. Walau memang belum bisa dikatakan memuaskan dan memberikan rekomendasi terhadap setiap daerah, hal itu lebih kepada masalah teknis dan berbagai keterbatasan yang ada.

Secara umum pelaksanaan PKH di Kabupaten Pringsewu khususnya di Kecamatan Sukoharjo pada sampai dengan tulisan ini dibuat berjalan lancar, walau masih ada beberapa agenda kegiatan yang sudah terjadwal tidak bisa terlaksana karena berbenturan dengan agenda PKH lainnya. Seperti halnya pertemuan kelompok rutin, sebagai Pendamping PKH dengan dampingan 12 kelompok KSM PKH dengan waktu pertemuan kelompok sudah terjadwal dan disepakati ada yang terpaksa berlangsung tanpa bisa dihadiri karena harus melaksanakan tugas sebagai kordinator kabupaten. Walau secara signifikan hal ini tidak mempengaruhi proses pendampingan KSM akan tetapi dengan segala keterbatasan dan kendala pendampingan yang semakin kompleks bisa jadi kondisi ini menyebabkan kualitas capaian pendampingan secara kualitas akan menurun. 
Monitoring KSM peserta PKH di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu
Dari semua hal tersebut di atas menggambarkan pentingnya komitmen dalam rutinitas pendampingan PKH, bukan sekedar bagi pendamping PKH akan tetapi bagi semua komponen terkait. Adanya keterkaitan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya menjadi hal menarik tersendiri, dan hal ini yang menjadikan arti pentingnya pendampingan KSM dalam PKH. Tentunya dengan memperhatikan setiap peraturan dan ketentuan yang berlaku, serta adanya rencana pencapaian yang terstruktur dari setiap pendamping PKH. Sebab tanpa adanya perencanaan capaian akan menjadikan pendampingan PKH menjadi sesuatu rutinitas belaka bahkan bisa berakibat pada penempatan pendampingan PKH sebagai kewajiban kedua dalam pemenuhan kewajiban dalam melaksanakan tugas. Dalam kondisi tertentu, tanpa adanya komitmen dan perencanaan dalam pendampingan PKH bisa menjadi faktor penilaian terhadap pendamping PKH tak ubahnya sebagai pencatat meteran listrik. 

2 komentar: