Hari Minggu tanggal 18 Mei 2014 jam jam 13.30, saya beserta perwakilan kelompok PKH binaan bersama-sama takziah ke rumah keluarga Ibu Dedeh. Sudah beberapa hari berlalu, tetapi kesan-kesan atas hal itu masih membekas. Turut berduka tetapi kita tidak boleh larut dalam duka, demikian sepenggal kalimat untuk menepis kegundahan yang memang begitu akrab saat itu ...
Sungguh terasa lebih membantu dalam penyelesaian setiap permasalahan yang ada dalam masa pendampingan PKH bila adanya ikatan emosional yang kuat antara pendamping PKH dan peserta PKH dampingannya. Emosional dalam arti membangun rasa tanggung jawab atas hak dan kewajiban masing-masing hingga bagaimana bisa saling membantu dan memudahkan serta menyelesaikan masalah saudaranya yang lain. Hingga dalam titik tertentu secara bersamaan akan mengatasi apa yang menjadi masalah bersama. Permasalahan besar yang menjadi tanggung jawab bersama adalah bagaimana bisa memutuskan rantai-rantai kemiskinan yang membelit. Memutuskan rantai-rantai kemiskinan tidak sesederhana dalam konsep-konsep yang kita gagas dan laksanakan, begitu banyaknya aral melintang. Belum lagi adanya masalah tak terduga hingga tidak bisanya setiap rencana pendampingan terlaksana sesuai yang diharapkan. Ini adalah fakta yang ada. Berapa rencana dan perencanaan dalam masa pendampingan tidak bisa terlaksana sesuai rencana hanya karena pelaksanaan pembayaran kopensasi bagi peserta PKH tertunda, bahkan belum ada kejelasan sampai sekarang. Tapi pasti ada sesuatu hal yang memang mengharuskan ini terjadi dan tidak semua harus mengetahui itu apa. Dalam kondisi seperti inilah kekuatan emosional yang ada mungkin bisa dirasa sangat membantu, terutama memberi pemahaman kepada peserta dampingan untuk tetap konsisten dalam memenuhi komitmen.
Apa yang tersirat dalam pelaksanaan verifikasi tahap dua tahun 2014 menunjukkan kondisi yang relatif stabil mengenai pemenuhan kewajiban dari peserta PKH. Bahkan ada beberapa peserta yang pemenuhan kewajibannya menjadi lebih baik dari sebelumnya, walau mereka belum mendapat kepastian kapan kopensasi transport diberikan atas pemenuhan kewajiban tahap satu yang lalu. Terlepas dari faktor apa yang mendorong, kondisi seperti ini adalah satu kondisi yang saling membantu satu sama lain. Wujud dari empaty kepada sesama, peserta PKH tidak menuntut untuk harus dibayarkannya bantuan kepada mereka sesuai jadwal dan percaya kepada pendamping PKH jika waktunya tiba dan jadwal bayar ditetapkan pasti segera disampaikan kepada peserta PKH untuk mengambil bantuannya. Ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam masa pendampingan PKH, ketenangan dalam melaksanakan tugas dan adanya kepercayaan dari para dampingan. Wujud nyata dari sebuah empaty yang dibangun dengan jalinan emosional yang kuat antara peserta PKH dan pendamping PKH.
Sungguh, ketika para peserta PKH mampu menunjukkan empatynya lepada sesama peserta PKH itu telah membuat kesan yang dalam. Bukan hanya kepada siapa mereka mewujudkan empaty itu, tetapi setiap apa yang terjadi dalam proses pendampingan semua begitu bermakna. Itu juga yang menjadikan semngat pagi yang terus menyemangati dalam mendampingi mereka walau harus bermalam-malam tak sudah-sudah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar