Minggu, 06 April 2014

"KUBE PKH, Selanjutnya Apa?"

“… upaya mensinergikan PKH dengan KUBE ini memang sudah menjadi kebijakan  Kemensos. Dalam mengembangkan KUBE PKH memang ada beberapa model yang dilaksanakan oleh Kemensos. Pertama melalui model "resmi" sinergitas PKH dengan KUBE. Tetapi persyaratanya hanya diberikan kepada  penerima PKH yang akan segera berakhir. Istilah teknisnya PKH yang telah disertifikasi tetapi masih dalam kategori transisi. Artinya itu baru akan terjadi pada tahun ke 6 kepesertaan PKH. Seperti diketahui, pada tahun ke 5 nanti akan dilakukan pendataan ulang, yang akan menghasilkan kelompok penerima yang sudah lulus dan kelompok transisi. Kedua KUBE bisa diinisiasi oleh Pemda Kabupaten atau Provinsi. Model yang ketiga adalah model seperti Mas ... lakukan. Diinisiasi oleh pendamping-pendamping yang kreatif. Sejujurnya model ini masih sangat sedikit. Tetapi di wilayah barat ini banyak mempelopori model ini.”

Sepenggal paragraf dari surat elektronik yang saya terima tidak sekedar menjelaskan tentang upaya mensinergikan PKH dengan KUBE, akan tetapi telah menjelma menjadi kalimat-kalimat inspiratif yang sangat memotivasi diri sebagai pendamping program keluarga harapan untuk bisa berbuat lebih baik lagi. Banyaknya tantangan dan permasalahan riil yang ada di lapangan yang bagaimana bisa dikelola menjadi potensi yang besar, suatu perkara yang tidak mudah untuk mewujudkannya. Sementara itu menyerah dengan segala hambatan dan tantangan yang ada juga bukan jalan keluar yang baik, apa lagi diam dan menunggu bala bantuan yang sangat bergantung dengan prosedural dan administratib. Ini adalah sebuah konsekuensi logis bagi siapa saja yang telah memilih untuk keluar dari zona aman untuk bereksplorasi dan membentangkan sayap idealisnya yang mungkin beresiko atas kegagalan berulang sebelum menuai buah keberhasilan. Kegagalan yang memang tidak sama dengan keputus-asa-an, walau terpaksa harus stag sesaat untuk sekedar mengevaluasi atas segala sesuatunya.

Kegiatan produksi keripik manggleng pada Kelompok KUBE PKH Sejahtera Pekon Sinarbaru Timur (foto oleh Pendamping PKH, Januari 2014)

Ketika segala prosedural administrasi telah lengkap dan KUBE PKH siap digulirkan, ini menjadi angin segar bagi praktisi pendamping sosial dalam upayanya memabantu rumah tangga miskin dampingannya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Mencoba untuk mewujudkan cita-cita besar memutuskan rantai-rantai kemiskinan atau setidaknya ini bisa menambah perbaikan ekonomi keluarga terkait. Walau saat ini, hal itu masih dikhususkan pada daerah pengembangan PKH tahun 2007 dan 2008 dan tidak menjangkau seluruh peserta PKH/RTSM yang terlibat dalam program. Setidaknya bila konsep keberlanjutan pendampingan yang bertingkat seperti ini memang bisa membuahkan hasil yang diharapkan kita mungkin bisa berharap pemerintah kelak akan bisa lebih memberi ruang bagi pengembangan PKH, terutama KUBE PKH. Selanjutnya terlepas dari terakomodir atau tidaknya semua RTSM peserta PKH yang telah memasuki masa graduasi dalam program KUBE PKH, serta difasilitasi atau tidaknya KUBE PKH yang dirintis secara mandiri dan tengah berada dalam masa tunas yang sangat membutuhkan nutrisi dan naungan tempat tumbuh, strategi lanjutan apa yang akan memabarengi masa evaluasi dari rangkaian upaya pengentasan kemiskinan itu? Semoga bukan menjadi hal yang disamakan dengan sikap pesimis jika kita berfikir tentang perlunya pendampingan berkelanjutan walau masa program telah selesai.

Perlu sama-sama kita maklumi, kemunculan ide-ide awal sebagai cikal bakal dari konsep nasional dalam pengentasan kemiskinan bukanlah hal mustahil. Pemerintah telah jauh-jauh hari memberi ruang bagi kemunculan ide-ide inovatif dari arus bawah (bottom up planning) yang selanjutnya dikaji dan disempurnakan dengan para praktisi dan staff ahli yang dimiliki hingga menjadi satu konsep yang terintegrasi dan memiliki variabel yang jelas serta dapat diukur tingkat keberhasilannya. Dengan demikian, akan menjadi hal yang tidak mustahil untuk diwujudkan program pendampingan berkelanjutan pasca selesainya pendampingan terhadap KUBE PKH di seantero negeri tercinta ini. Bukan juga sikap pesimistis terhadap tujuan akhir yang diharapkan seperti diantaranya peserta memiliki usaha penghidupan dan pendapatan berkelanjutan. Sekali lagi, maksud dari program pendampingan berkelanjutan yang membarengi masa endline dari KUBE PKH bukan akan mementahkan konseasap yang telah terstruktur dari bergulirnya KUBE PKH, bukan juga akan melahirkan program pendampingan dengan masa tertentu dan dengan biaya mahal. Pada kondisi inilah perlu adanya implementasi waktu pendampingan yang berbasis pada efisiensi waktu kerja dan biaya. Seyogyanya dengan kualifikasi ketat rekruitmen pendamping PKH bisa mewujudkan itu asalkan semua komponen mau dan menyamakan presepsi dan saling bahu membahu atas pencapaian tujuan besar PKH dalam memutuskan ratai kemiskinan. Memang pemerintah tidak akan memperoleh hal itu dengan tanpa biaya secara mutlak, tetap dibutuhkan biaya untuk bisa mewujudkannya tetapi ini mungkin bisa disiasati dengan optimalisasi dana yang ada serta pemanfaatan dana sharing APBD yang lebih terfokus pada implementasi pelaksanaan program di lapangan. Sebagai misal adanya pelatihan yang terkonsep dan berkesesuaian dan pelaksanaan moneva yang segera diikuti dengan implementasi penyelesaian atas masalah-masalah yang timbul dan perlu segera diselesaikan. Penghematan atas energi dan sumberdaya dari PKH akan berdampak pada meningkatnya kualitas pencapaian dari PKH itu sendiri. Dengan demikian upaya pendampingan yang berkelanjutan akan bisa dilaksanakan dan bisa tanpa bergantung pada subsisdi atau bansos yang berterusan kepada rumah tangga sasaran.

Maka adanya pertanyaan yang timbul setelah digulirkannya KUBE PKH perlu sama-sama kita sikapi dengan mengedepankan persangkaan baik. Pertanyaan sebagaimana judul posting ini : "KUBE PKH, Selanjutnya Apa?" adalah satu bentuk refleksi atas apa yang pernah ada di sebagian tempat di negeri ini. Banyaknya KUBE-KUBE bentukan yang riwayatnya selesai bersamaan dengan selesainya waktu pendampingan. Biaya yang besar dan energi yang telah tercurahkan untuk pelaksanaan PKH dan bergulirnya program KUBE PKH setidaknya bisa melahirkan pola pemberdayaan keluarga yang jelas dan bisa diduplikasi pelaksanaannya dengan mudah. Kesederhanaan konsep yang terintegrasi dan berkenjutan serta berdaya efektif besar dengan biaya murah, sungguh menjadi satu bentuk konsep yang sangat diharapkan. 

Berdasar dari pemikiran seperti uraian diatas, maka keberadaan Rumah PKH sebagai sebuah konsep untuk solusi pendampingan berkelanjutan pasca pelaksanaan pendampingan KUBE PKH dirintis dengan segala keterbatasan yang ada. Keterbatasan pengetahuan secara akademis dan lemahnya kemampuan dan dukungan finansial yang ada saat ini memang menjadi masalah tersendiri, apalagi konsep yang belum sepenuhnya bisa diwujudkan dalam sebuah draft yang baku karena memang Rumah PKH tercetus spontan seiring dibentuknya KUBE PKH secara mandiri di wilayah dampingan PKH berdasarkan ketetapan dari Keputusan Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Pringsewu Nomor: 460/597/KPTS/D.10/2012 tentang Penetapan Wilayah Kerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Pringsewu Tahun 2012. Dimana sejak dilaksanakannya pertemuan Kelompok PKH pertama kali pada bulan Desember 2012 yang lalu wacana KUBE PKH telah digulirkan kepada setiap kelompok, sementara konsep mengenai Rumah PKH itu sendiri baru dipenghujung tahun 2013. Sampai saat ini Rumah PKH dimaksud belum bisa terealisasi secara maksimal, melalui tulisan ini pendamping PKH berharap semoga adanya sinergitas dari pihak terkait dan melahirkan kerja sama yang saling menguntungkan sehingga esensi dari keberadaan Rumah PKH benar-benar bisa menjadikan pendampingan berkelanjutan dari PKH setelah bergulirnya KUBE PKH. Akhirnya pertenyaan KUBE PKH, Selanjutnya Apa?" bisa dijawab dengan Rumah PKH.

NB: Terimakasih untuk Bapak Mardi050351 atas segala dukungan dan motivasinya, tulisan ini saya buat terinspirasi dari surel yang Bapak kirimkan kepada saya yang saat ini masih menjadi Pendamping PKH Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Walau dengan menilik berbagai persyaratan, mungkin saya tidak masuk dalam kualifikasi calon Pendamping KUBE PKH yang digulirkan oleh management PKH secara resmi. Tetapi semoga dengan Rumah PKH saya berkesempatan bisa terus mendampingi setidaknya RTSM PKH binaan saya. Semangat Pagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar