“… upaya mensinergikan PKH dengan KUBE ini memang sudah menjadi
kebijakan Kemensos. Dalam mengembangkan KUBE PKH memang ada
beberapa model yang dilaksanakan oleh Kemensos. Pertama melalui model "resmi" sinergitas PKH dengan KUBE.
Tetapi persyaratanya hanya diberikan kepada penerima PKH yang akan segera
berakhir. Istilah teknisnya PKH yang telah disertifikasi tetapi masih dalam
kategori transisi. Artinya itu baru akan terjadi pada tahun ke 6 kepesertaan PKH.
Seperti diketahui, pada tahun ke 5 nanti akan dilakukan pendataan ulang, yang
akan menghasilkan kelompok penerima yang sudah lulus dan kelompok transisi. Kedua KUBE bisa diinisiasi oleh Pemda
Kabupaten atau Provinsi. Model yang ketiga
adalah model seperti Mas ... lakukan. Diinisiasi oleh pendamping-pendamping yang
kreatif. Sejujurnya model ini masih sangat sedikit. Tetapi di wilayah barat ini
banyak mempelopori model ini.”
![]() |
Kegiatan produksi keripik manggleng pada Kelompok KUBE PKH Sejahtera Pekon Sinarbaru Timur (foto oleh Pendamping PKH, Januari 2014) |
Ketika segala prosedural administrasi telah lengkap dan KUBE PKH siap digulirkan, ini menjadi angin segar bagi praktisi pendamping sosial dalam upayanya memabantu rumah tangga miskin dampingannya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Mencoba untuk mewujudkan cita-cita besar memutuskan rantai-rantai kemiskinan atau setidaknya ini bisa menambah perbaikan ekonomi keluarga terkait. Walau saat ini, hal itu masih dikhususkan pada daerah pengembangan PKH tahun 2007 dan 2008 dan tidak menjangkau seluruh peserta PKH/RTSM yang terlibat dalam program. Setidaknya bila konsep keberlanjutan pendampingan yang bertingkat seperti ini memang bisa membuahkan hasil yang diharapkan kita mungkin bisa berharap pemerintah kelak akan bisa lebih memberi ruang bagi pengembangan PKH, terutama KUBE PKH. Selanjutnya terlepas dari terakomodir atau tidaknya semua RTSM peserta PKH yang telah memasuki masa graduasi dalam program KUBE PKH, serta difasilitasi atau tidaknya KUBE PKH yang dirintis secara mandiri dan tengah berada dalam masa tunas yang sangat membutuhkan nutrisi dan naungan tempat tumbuh, strategi lanjutan apa yang akan memabarengi masa evaluasi dari rangkaian upaya pengentasan kemiskinan itu? Semoga bukan menjadi hal yang disamakan dengan sikap pesimis jika kita berfikir tentang perlunya pendampingan berkelanjutan walau masa program telah selesai.
Perlu sama-sama kita maklumi, kemunculan ide-ide awal sebagai cikal bakal dari konsep nasional dalam pengentasan kemiskinan bukanlah hal mustahil. Pemerintah telah jauh-jauh hari memberi ruang bagi kemunculan ide-ide inovatif dari arus bawah (bottom up planning) yang selanjutnya dikaji dan disempurnakan dengan para praktisi dan staff ahli yang dimiliki hingga menjadi satu konsep yang terintegrasi dan memiliki variabel yang jelas serta dapat diukur tingkat keberhasilannya. Dengan demikian, akan menjadi hal yang tidak mustahil untuk diwujudkan program pendampingan berkelanjutan pasca selesainya pendampingan terhadap KUBE PKH di seantero negeri tercinta ini. Bukan juga sikap pesimistis terhadap tujuan akhir yang diharapkan seperti diantaranya peserta memiliki usaha penghidupan dan pendapatan berkelanjutan. Sekali lagi, maksud dari program pendampingan berkelanjutan yang membarengi masa endline dari KUBE PKH bukan akan mementahkan konseasap yang telah terstruktur dari bergulirnya KUBE PKH, bukan juga akan melahirkan program pendampingan dengan masa tertentu dan dengan biaya mahal. Pada kondisi inilah perlu adanya implementasi waktu pendampingan yang berbasis pada efisiensi waktu kerja dan biaya. Seyogyanya dengan kualifikasi ketat rekruitmen pendamping PKH bisa mewujudkan itu asalkan semua komponen mau dan menyamakan presepsi dan saling bahu membahu atas pencapaian tujuan besar PKH dalam memutuskan ratai kemiskinan. Memang pemerintah tidak akan memperoleh hal itu dengan tanpa biaya secara mutlak, tetap dibutuhkan biaya untuk bisa mewujudkannya tetapi ini mungkin bisa disiasati dengan optimalisasi dana yang ada serta pemanfaatan dana sharing APBD yang lebih terfokus pada implementasi pelaksanaan program di lapangan. Sebagai misal adanya pelatihan yang terkonsep dan berkesesuaian dan pelaksanaan moneva yang segera diikuti dengan implementasi penyelesaian atas masalah-masalah yang timbul dan perlu segera diselesaikan. Penghematan atas energi dan sumberdaya dari PKH akan berdampak pada meningkatnya kualitas pencapaian dari PKH itu sendiri. Dengan demikian upaya pendampingan yang berkelanjutan akan bisa dilaksanakan dan bisa tanpa bergantung pada subsisdi atau bansos yang berterusan kepada rumah tangga sasaran.
Maka adanya pertanyaan yang timbul setelah digulirkannya KUBE PKH perlu sama-sama kita sikapi dengan mengedepankan persangkaan baik. Pertanyaan sebagaimana judul posting ini : "KUBE PKH, Selanjutnya Apa?" adalah satu bentuk refleksi atas apa yang pernah ada di sebagian tempat di negeri ini. Banyaknya KUBE-KUBE bentukan yang riwayatnya selesai bersamaan dengan selesainya waktu pendampingan. Biaya yang besar dan energi yang telah tercurahkan untuk pelaksanaan PKH dan bergulirnya program KUBE PKH setidaknya bisa melahirkan pola pemberdayaan keluarga yang jelas dan bisa diduplikasi pelaksanaannya dengan mudah. Kesederhanaan konsep yang terintegrasi dan berkenjutan serta berdaya efektif besar dengan biaya murah, sungguh menjadi satu bentuk konsep yang sangat diharapkan.

NB: Terimakasih untuk Bapak Mardi050351 atas segala dukungan dan motivasinya, tulisan ini saya buat terinspirasi dari surel yang Bapak kirimkan kepada saya yang saat ini masih menjadi Pendamping PKH Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Walau dengan menilik berbagai persyaratan, mungkin saya tidak masuk dalam kualifikasi calon Pendamping KUBE PKH yang digulirkan oleh management PKH secara resmi. Tetapi semoga dengan Rumah PKH saya berkesempatan bisa terus mendampingi setidaknya RTSM PKH binaan saya. Semangat Pagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar