Rabu, 06 Maret 2013

Pendamping PKH : "Saat Idealisme di Persimpangan"

" ... buat aja proposalnya, Minggu depan kalau bisa dibawa biar saya yang anter ...
ada berapa desa binaan? ... " kata seorang teman pendamping.
"Iya, nanti saya usahakan ... ada tujuh desa binaan ... " jawab pendamping.

Sepenggal dialog di atas adalah kenyataan yang terjadi terkait dengan keadaan menjelang pemilihan kepala daerah di provinsi antah branta. Tapi semoga kita semua tidak terlalu tergesa-gesa menyimpulkan kondisi apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Memang seyogyanya seorang pendamping harus dalam posisi tidak keberpihakan kepada pihak-pihak yang akan mengikat dalam upaya penerapan kebijakan kepada kelompok PKH binaannya, dan itu adalah mutlak. Akan tetapi jika penawaran yang terjadi adalah satu bentuk barter kepentingan semacam jual beli, ini mungkin bisa dikategorikan pemberdayaan secara ekonomis. Mengapa tidak? Sebagaimana dalam bisnis jasa periklanan, satu pihak pemakai jasa iklan harus mengeluarkan biaya hanya untuk produk bisnisnya atau retorika politiknya dilihat atau dibaca pemirsa dan itu adalah bisnis murni dan legal selagi tidak ada unsur penipuan. Mungkin inilah pemanfaatan modal kreatifitas dan ide agar bisa menghasilkan profit bagi satu usaha ekonomi produktif, karena yang pasti si pemasang iklan mendapat layanan berupa tersampaikannya pesan atau retorika politiknya kepada relasi atau konsumen si pemilik jasa iklan tersebut.


Penyerahan salah satu hasil karya UEP Kelompok PKH Kabupaten Pringsewu kepada Bapak Irpangi
sebagai Korwil PKH Lampung selalu mensuport pendamping dalam pembinaan UEP Kelompok PKH.
Perlu adanya pengintegrasian penanganan UEP Kelompok PKH yang sudah ada dari pihak-pihak terkait.

Jika kita meninjau tempat memasang iklan tidak sebatas pemasangan atau penanyangan klip video, tulisan, spanduk, atau baner. Bahkan tembok/dinding pagar bangunan yang memiliki sudut pandang strategis pun tak luput dari dijadikannya media penyampai iklan produk. Beragam sasaran atau segmen pasar yang menjadi target dan konten iklan itu sendiri akan membuat si pendengar, pembaca, dan penikmat iklan menjadi tertarik atau terkesan dengan kandungan pesan yang ada. Pada saat gilirannya maka si pemasang iklan akan mendapatkan profit balik yang mungkin nilainya akan lebih besar. Setidaknya itulah konsep sederhana yang diimplementasikan oleh pendamping melalui media promosi yang dimiliki oleh kelompok PKH binaannya. Bahkan dalam kondisi tertentu dengan tersampainya  pesan moral yang terkandung dalam iklan tersebut ada beberapa pihak yang diuntungkan, baik secara ekonomis atau moral. Menurut kacamata pendamping, hal seperti ini tidaklah menyalahi etika pendampingan, ketika wacana ini diimplementasikan kepada penampingan PKH dalamupaya pemberdayaan UEP Kelompok PKH binaannya.

Tusuk Gigi produksi UEP Kelompok PKH SUCI HATI
Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh pendamping sementara ini terkait pemberian lebel merek pada kemasan produk hasil produksi peserta atau kelompok PKH mendapat respon positif dari konsumen, bahkan berindikasi pada peningkatan omset jual. Sebagai contoh dengan UEP Kelompok PKH "SUCI HATI", salah satu kelompok binaan pendamping PKH yang telah mengerjakan produksi hampir tiap hari. Hal ini karena sebelum kelompok PKH ada salah seorang peserta PKH telah merintis usaha rumahan berupa aneka makanan ringan berupa Tusuk Gigi/ Steak dan Telur Gabus. Ternyata setelah disepakati melalui musyawarah kelompok untuk menjadikan usaha yang sama sebagai usaha kelompok dengan penanggung jawab produksi rumah tangga peserta tadi, omset jadi meningjkat secara signifikan. Bahkan sempat terlontar kalimat dari seorang pelanggan grosiran bahwa minta yang ada lebel mereknya, isinya dikurang sedikit tidak masalah. Mengapa? Ini adalah sesuatu yang menarik, yaitu tentang jaminan kepastian si pelanggan mendapat produk asli. Saling menguntungkan. Bahkan omset pesanan yang membutuhkan label untuk satu produk tertentu bisa mencapai 300 lembar label, artinya dalam satu minggu ada 300 orang yang menerima produk dan peluang besar untuk dia membaca apa yang tertera pada label kemasan tersebut, belum lagi bila kontennya punya kekuatan magnetis yang kuat atas pencitraan positif. Setidaknya, itulah yang terkonsep dalam diri pendamping bagaimana bisa dengan optimal mengembangkan UEP Kelompok binaannya agar bisa bersaing kuat di pasar dengan produk-produk sejenis. Belum lagi dengan pangsa tetap yang sudah ada lintas kabupaten di provinsi ruwah jurai ini, tentu punya nilai profit tinggi apabila dikemas secara profesional, bukan ikatan politik yang justru akan mengkebiri kreatifitas dan inovatif dari kelompok dan pendamping itu sendiri. Karena dengan pencapaian target pembaca sudah bisa mengesankan akan pencitraan yang positif, tanpa harus diikat dengan janji dan pembatasan-pembatasan yang kontra produktif. Sudah selayaknya nilai jual terhadap iklan yang memiliki sasaran yang tertarget akan menjadi mahal.


Profit dan Idealisme Persimpangan

Disain baru label-label merek dagang produk  PKH
Angka 300 bukanlah angka mati, angka itu bisa jadi 500 atau 1000 atau lebih besar lagi. Akan tetapi ketika bicara sasaran yang tertarget dan konten iklan yang mempunyai kekuatan magnetis terhadap perhatian publik tentunya akan ada nilai sendiri. Atas dasar pemikiran seperti itulah penawaran atas konsep iklan terhadap mereka yang mempunyai kepentingan perhatian dan simpatis publik menjadi sebuah wacana yang coba akan pendamping implementasikan sebagai upaya mensiasati penambahan atas modal usaha bagi UEP Kelompok PKH dampingannya. Tentunya dalam hal ini harus ada kerelaan dan keterbukaan yang jujur antara pihak-pihak terkait. Namun sebuah pertanyaan yang harus terjawab dengan pasti adalah, apakah cara seperti itu tidak bertentangan dengan program dimana para pelaku itu sendiri berada. PKH adalah program Pemerintah yang terlepas dari interpensi kekuatan politik praktis, dan tidak menjadi corong politik partai berkuasa. Setidaknya begitulah platform normatifnya.


Rencana penjualan space untuk iklan yang tidak mengikat
(sebuah wacana yang mungkin bisa dan tidak untuk terealisasi)
Apapun bentuknya pemberdayaan kelompok PKH dalam peningkatan perekonomian para pesertanya bukanlah hal yang mudah, kendala yang ada tidak saja berasal dari internal kelompok tapi ada juga interpensi dari luar. Sewajarnyalah pihak-pihak terkait dengan adanya kelompok PKH tersebut secara periodik mengadakan pembinaan sesuai dengan kebutuhan dari mekanisme kelompok (botton up planing) dan bukan sebaliknya. Dalam hal ini yang sangat kompenten adalah Dinas Sosial setempat (Dinsosnakertrans) karena merekalah sebagai leading sector pelaksanaan PKH. Lantas bagaimana kalau itu sulit terwujud? Seringkali bahasa birokrasi menjadi faktor dominan sebagai penghambat, belum lagi adanya kutipan-kutipan tak jelas. Idealisme untuk mewujudkan UEP kelompok PKH yang mandiri dan marketable akan terasa lebih berat. Semangat yang besar saja tidak cukup masih dibutuhkan keberanian dan keyakinan atas improvisasi terhadap strategi-strategi pembinaan, terutama bagaimana mencari solusi permodalan dan membuat produk yang marketable. Pokok maslahnya adalah pembinaan terhadap UEP Kelompok PKH dibuuhkan kerjasama yang terintegrasi dari berbagai pihak, pendamping PKH hanya sosok agen yang berada di barisan depan dan sangat sulit kalau hanya seorang diri menuntaskan pembinaan yang dilakukan. Jika harus menunggu terlalu lama, resiko atas pelemahan semangat kelompok sangat cepat terjadi yang dalam waktu tidak terlalu lama akan menjadi senjata pembunuh paling berbahaya dalam pembinaan UEP Kelompok PKH dan fakta-fakta itulah yang terjadi.

Harus bagaimana? Ada solusi atas permodalan dan bantuan teknis, tapi itu bisa menempatkan pendamping dan kelompok binaannya dalam posisi tabu yang tidak dibenarkan oleh aturan yang tertulis. Kalau sudah demikian, akhirnya semua terkembali kepada moralitas pendamping dan kesungguhan peserta PKH dalam mengelola dan mengembangkan UEP Kelompok PKH yang ada. Permodalan berupa dana dan alat sangat berperan dalam mengembangkan sebuah usaha, tapi moralitas dan etika tentunya tidak begitu saja harus tergadai. 

Semangat Pagi!
Pembaca yang budiman mungkin bisa menyampaikan solusi terbaik untuk kita semua. PKH butuh pemikiran dan kerja serius dari kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar