Sabtu, 09 Maret 2013

Pendamping PKH : "... tapi bukan berarti mereka adalah pion yang bisa ..."

"... Alhamdulillah masih bisa berangkat ke sini, makanya siang bolong gini pake jaket ... " begitulah sepenggal kalimat yang keluar dari seorang Bapak Irpangi selaku Kordinator Wilayah Lampung saat menghadiri acara koordinasi bulanan pendamping dan operator kabupaten Pringsewu di Balai Pekon Sukoharjo III Barat (Desa Pemekaran Sukoharjo III) ...

Rapat koordinasi bulanan pendamping dan operator PKH Kabupaten Pringsewu bulan Pebruari 2013 bertempat di Balai Pekon Sukoharjo III Barat, walau udara siang itu terasa sangat panas tapi Bapak Irpangi justru mengenakan jaket, maklum kondisi beliau masih tidak fit. Tapi kehadiran beliau dan pengarahannya kepada para pendamping dan operator pringsewu serta motivasinya kepada peserta PKH yang dihadirkan pada saat itu seperti tidak terpengaruh dengan keadaan fisik beliau saat itu. Hanya satu yang tidak bisa disembunyikan pada saat itu adalah kekecewaan atas belum keluarnya honor pendamping dan operator, yang pada saat itu Bapak Irpangi selaku Korwil memintakan maaf atas nama Kementrian Sosial. Ya, sebuah permintaan maaf atas ketidakyamanan kondisi yang ada. 

Koordinasi bulanan Pendamping dan Operator PKH Kabupaten Pringsewu, 26 Pebruari 2013
di Balai Pekon Sukoharjo III Barat. Turut hadir Ketua Kelompok UEP PKH Mawar dan Al Hidayah untuk berbagi cerita
Selanjutnya agenda rutin yang dibahas adalah bagaimana pelaksanaan PKH pada bulan berikutnya, tetapi yang menarik pada saat itu adalah tentang dihadirkannya RTSM yang menjadi ketua kelompok PKH untuk berbagi cerita tentang program pemberdayaan kelompok PKH yang telah membentuk Usaha Ekonomi Produktif Kelompok PKH. Pada kesempatan itu juga diserahkan kepada Bapak Irpangi selaku Korwil PKH Lampung contoh produk hasil karya peserta PKH baik perorangan dan kelompok. Selanjutnya akan beliau bawa sebagai bukti hasil pembinaan kelompok-kelompok PKH dalam usaha pemberdayaan ekonomi. Belum semua kelompok PKH yang ada di Kabupaten Pringsewu telah melaksanakan pemberdayaan ekonomi, tetapi upaya kearah itu pasti. Hal ini karena beragamnya kendala yang ada di lapangan yang dihadapi oleh pendamping PKH yang belum semuanya bisa diatasi. Belum lagi adanya perubahan peta personal PKH Kabupaten yang secara tidak langsung berpengaruh kepada mekanisme kinerja para pendamping di lapangan.

Seyogyanya PKH adalah sebuah program pengentasan kemiskinan yang terintegrasi dalam pelaksanaan di lapangan, bukan sekedar pengimplementasian untuk pamoritas dan kepentingan satu dua dinas tertentu. Para pendamping PKH butuh sosok kongkrit yang mempunyai komitmen tinggi dalam pelaksanaan aturan main program. Pengintegrasian dengan mengedepankan pencapaian target nasional dalam pemutusan rantai kemiskinan adalah lebih penting untuk dikerjakan. Jika ada kelemahan-kelemahan dalam pengimplementasian PKH di lapangan bukan untuk diperdebatkan atau membawa kepada ranah politik dan pencitraan kepentingan golongan atau pribadi, tapi mari rapatkan barisan dan bergandeng tangan untuk menuntaskan setiap kendala yang ada. 


Ibu Sri Handayani, AMd. Keb. dalam rutinitas pembinaan di Posyandu Gelatik Pekon Keputran.
Siap bentuk Anak PKH yang Sehat dan Cerdas. 

Moralitas memang sangat sulit untuk dipertahankan saat ini, tapi bukan berarti moralitas bisa begitu saja tergadaikan dengan harga yang murah. Kenyataan di lapangan dalam pelaksanaan kebijakan PKH dan implementasi pendampingan PKH, seorang pendamping seringkali harus berhadapan dengan situasi yang delematis. Pendamping PKH memang dinisbatkan sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan program keluarga harapan, tapi bukan berarti mereka adalah pion yang bisa begitu saja dianggap mampu mengatasi setiap tekanan. Apalagi harus menjadi korban untuk menyelamatkan posisi sang raja.

"Semangat Pagi!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar