Rabu, 13 Februari 2013

KISAH PENDAMPING (Part 2)

"... coba jelaskan tentang dua puluh lima ribu!", tanya seorang pejabat kepada pendamping.
"Dua pluh lima ribu apa pak maksudnya?", pendamping balik bertanya dengan keadaan bingung karena sang pejabat bertanya sambil berjalan di sebelahnya menuju kursi kerjanya.
"Ada laporan dan rekamannya ada pada saya kalau pendamping di kecamatan ... memotong dua puluh ribu rupiah dari peserta PKH", tegas sang pejabat.

Kerip Tempe Kelompok Manggis
Sepenggal dialog di atas adalah gambaran tentang kenyataan yang mugkin dihadapi oleh pendamping PKH dimanapun pasca pembayaran peserta PKH. Walau hanya dimintai penjelasan tapi etika penyampaian hal seperti itu di hadapan para pendamping yang lainnya adalah sangat tidak simpatik. Terlepas dari benar tidaknya pemotongan tersebut, tetapi satu yang pasti telah terjadi pencitraan buruk dari prilaku atau tutur kata pendamping yang menyebabkan itu terjadi dan tidak adanya keberpihakan serta perlindungan seorang pejabat terkait atas apa yang dialami pendamping. Tentunya seorang pendamping yang bermoral dan mempunyai komitment atas tanggung jawab kerjanya tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Pendamping sudah jelas mengetahui kalau ada di antara peserta PKH yang dalam kenyataannya untuk makan sehari dua kalipun susah, hidup keseharian tanpa penerangan PLN, serta menjalani rutinitasnya dengan sesuatu yang serba kekurangan. Banyak kenyataana di kalangan RTSM yang membuat pendamping miris, atau ada juga kenyataan data peserta yang telah berada dalam kecukupan dan berada.

Salah satu RTSM peserta PKH, mereka butuh empaty kita
Kepercayaan dan integritas dari seorang pendamping adalah harga mati dalam upaya pendampingan, sebab tanpa kerja keras dan ketulusan dalam melaksanakan pendampingan akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Target bersama kita adalah bagaimana rantai kemiskinan ini dapat kita putus, anak-anak PKH harus cerdas dan sehat. Itu adalah pekerjaan berat, tidak selesai hanya dengan konsep, apalagi hanya meraba tanpa data dan fakta yang benar. Perlu kerja keras dan banyak pengorbanan hanya untuk memahamkan kepada peserta PKH bagaimana perlunya membentuk satu komunitas usaha bersama yang akan dijadikan induk usaha setiap anggota nantinya, tidak sekedar dukungan moral atau penjelasan serta kunjungan kepeserta secara berulang. Dukungan material sangat mereka harapkan terutama dalam masa-masa kritis diawal akan memulai satu usaha kelompok. Paling tidak sebagaimana yang pendamping lakukan dengan membantu promosi ke berbagai pihak dan membantu desain kemasan serta logo merek usaha dan produk. Alhamdulillah, walau tidak semua kelompok mampu untuk memulai dan kontinyu, tetapi ada beberapa kelompok PKH yang memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. 


Belum seumur jagung, kelompok-kelompok PKH memulai rencana usaha kelompok pada Desember 2012 saat sosialisasi tentang pembayaran pertama dan sebagian memulai usaha di Januari 2013 saat setelah menerima pembayaran bantuan pertamanya. Sebagaimana kelompok PKH MANGGIS yang berinisiatif mengumpulkan iuran kelompok mulai Desember 2013 dengan jumlah Rp 25.000 per anggota, sebagian besar mereka bayarkan saat itu dan sebagian lainnya pada saat penerimaan bayaran pertamanya. Pada saat penerimaan pembayaran pertama itu juga ada beberapa kelompok yang menambah dana kelompok dengan iuran mulai dari Rp 20.000 sampai dengan Rp 100.000. Dalam hal ini pendamping sama sekali tidak bertindak sebagai penarik atau penerima uang iuran anggota, pendamping hanya menerima laporan dari masing-masing ketua kelompok PKH. Ada juga kelompok yang baru memulai usaha setelah ada dari perangkat pamong desa yang menjadi suporter langsung mereka dengan memberikan kemudahan fasilitas peralatan produksi dan membantu pekerjaan produksinya sebagaimana yang ada di kelompok PKH Mawar Pekon Sukoharjo III yang diketuai oleh Ibu Lilis Tiami.
Setelah mendapat suport berupa motivasi dan sarana alat produksi dari Kepala Dusun Pak Pawit dan oleh
Sekretaris Desa Sururi, akhirnya Kelompok PKH MAWAR memulai produksinya dengan membuat Tusuk Gigi
dan Kerpik Bawang. Sukse buat Kelompok PKH Mawar 

Ada yang semangat, ada yang stengah hati, bahkan ada yang menolak dengan cara tidak terang-terangan. Tetapi yang aneh jika ada setingkat pejabat yang harusnya mendukung moral dan material terhadap kinerja pendamping di lapangan saat membina kelompok PKH dalam pemberdayaan dan pembinaan UEP malah berkutet pada masalah yang bukan dalam ranah pendampingan, bahkan begitu saja mempercayai kabar miring perilaku pendamping dengan tidak berupaya menyelesaikannya dimana kesalahpengertian itu terjadi. Apakah ada yang seperti ini? Entahlah, semoga tidak. Khususnya untuk para stakeholder terkait di Kabupaten Pringsewu yang telah sangat mendukung tentang terlaksananya PKH dengan baik. Baik berupa    kebijakaan yang berpihak pada peserta PKH atau kritik membangun yang akan membuat PKH di kabupaten seribu bambu ini semakin eksis. Semoga, semangat pagi selalu untuk semua rekan pendamping di Kabupaten Pringsewu.

Jempol dari Bupati Pringsewu (KH. Sujadi) untuk
hasil Produk Kelompok PKH Sukoharjo - Pringsewu
Dari sebelas kelompok PKH dampingan saya, 9 kelompok sudah dan pernah membuat produk PKH berupa aneka snack PKH dan 2 kelompok masih dalam perencanaan mau usaha apa. Tapi ada yang membuat saya sangat terkesan adalah ketika ada satu kelompok yang pada saat saya nyatakan untuk kelompoknya membuat UEP dengan terang-terangan ditolak oleh sebagian anggota kelompok dan oleh ketuanya. Akan tetapi dua minggu lalu mereka sudah memproduksi aneka snack PKH berupa Tusuk Gigi/ Steak dan Keripik Bawang, bahkan kuantitasnya meningkat dari perdana 10 kg menjadi 15 kg bahan tepung. Rasanya lumayan, tentu saja saya sebagai pendamping katakan seperti itu karena setiap produk yang mereka buat ada porsi untuk dicicipi oleh pendamping. Ya, itu sisi kebahagiaan seorang pendamping ketika merasakan hasil produksi kelompok dampingannya. Kelompok itu adalah Kelompok PKH Mawar, yang mendapat dukungan penuh oleh seorang pamong Kepala Dusun bernama Pak Pawit. Pak Pawit bukan sekedar memotivasi kelompok bahkan memfasilitasi rumah dan alat produksi serta membantu proses produksi Kelompok PKH Mawar, satu bentuk suport yang semestinya dilakukan oleh mereka yang jauh lebih kompeten dan terkait. 


Lalu bagaimana dengan kelompok PKH yang belum memiliki atau belum memulai usaha produktifnya? Dalam hal ini pendamping memotivasi mereka dengan memberi waktu satu tahun pertama untuk berkompetisi agar terpilih untuk dibantu mengajukan bantuan dana Kube PKH. Ini bukan pendamping nyatakan berupa janji, tetapi berusaha sama-sama untuk memanfaatkan setiap peluang mendapatkan bantuan material dalam pengembangan usaha ekonomi produktifnya. Memang sangat disayangkan kalau hanya permasalahan birokrasi dan kepentingan sepihak suport kepada para kelompok PKH yang telah menunjukkan produktifitasnya ini harus tertuda dan berkurang. Sampai sejauh ini pendamping dengan dana seadanya dan dengan apa yang ada membantu sebagai suported kelompok PKH dalam pembuatan dan pencetakan Label Produk dan hal-hal lain, memang tidak besar jumlahnya tetapi utnuk seukuran pendamping seperti saya hal itu bisa besar sekali. Harapan jangka pendek pendamping adalah, semasa melakukan pemetaan potensial daerah dan kelompok dampingan agar bisa lebih optimal dalam pemberdayaan ada pihak penyandang dana dalam mengawal tumbuh kembang kelompok-kelompok PKH tersebut. Tentunya dengan tanpa ikatan atau pengharapan dukungan terkait popularitas atau suara saat pemilihan umum kelak, sebab kelompok PKH adalah bukan kelompok yang berbasis partai atau kepentingan kelompok. Tetapi bukan pula mereka tidak tahu balas budi terhadap setiap kebaikan yang mereka terima, itu jelas tersurat dalam untaian kisah-kisah yang mereka tulis dalam lembaran kertas dan diserahkan kepada pendamping. Kelak tulisan mereka akan dirangkum dalam diary PKH versi pendamping.

Semangat Pagi !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar