Selasa, 19 Februari 2013

Kisah Pendamping (part 3)



Diari PKH

Edisi Jum'at, 1 Pebruari 2013

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

"PKH OH ... PKH"

Selamat datang "PKH", Selamat datang hidup baru. Karena dengan adanya "PKH" saya merasa sangat senang, sekaligus bangga karena dapat membantu meringankan biaya anak-anak sekolah.

Dengan adanya "PKH" ini, besar harapan saya untuk maju dan lebih maju lagi. Namun untuk mewujudkan semua itu perlu sebuah kerja keras dan pantang menyerah.
Kami akan berusaha sebisa mungkin, walaupun dengan modal yang masih sangat sederhana.

Harapan saya sudilah dari pihak "PKH" untuk menyumbangkan beberapa mesin jahit, untuk para ibu-ibu rumah tangga supaya bisa menambah penghasilan dan bisa membantu perekonomian keluarga.

Jika Alhamdulillah sudah maju, saya juga punya harapan, agar kelompok saya memiliki usaha bersama : yaitu usaha simpan pinjam.
Mudah-mudahan harapan saya ini dapat dikabulkan dan terwujud. Amin.
Demikian kiranya atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalam

(Lilis Tiami)

Rangkaian kalimat-kalimat apa adanya di atas adalah salah satu guratan yang ditulis oleh peserta PKH Kelompok Mawar Pekon Sukoharjo III. Selain apa yang ditulis oleh bu Lilis masih banyak yang lainnya yang masih saya susun dalam bentuk Diary PKH yang masih dalam tahap pengerjaan dan saya harapkan akan selesai dalam kurun 2 sampai 6 bulan. Sebab itu bergantung kepada update data yang berhasil terangkum saat melaksanakan pendampingan. Bahkan bisa jadi selama masa pendampingan, maksudnya adalah bagaimana saya bisa membuat suatu protoip pendampingan PKH yang tertuang dalam tekstual secara online. Ini akan membuka peluang tetang bagaimana pola pemetaan yang tepat atas peserta PKH dalam dampingan saya untuk selanjutnya bagaimana mereka bisa diberdayakan, ini adalah sesuatu yang kerap kali memenuhi pemikiran saya sebagai pendamping.


Udang Galah, oleh-oleh dari suami ibu Lilis
Ibu Lilis Tiami mungkin akan menjadi peserta PKH aktif selama berlangsungnya program ini sampai kurang lebih lima tahun kedepan, tetapi bisa jadi tidak. Dia pernah menyampaikan keinginan untuk segera bisa memiliki usaha sendiri dan rumah sendiri, walau sementara ini dia hanya sebagai ibu rumah tangga dengan menempati rumah kontrakan yang sangat sederhana tapi sebagai ketua Kelompok PKH Mawar dia mempunyai keinginan kuat untuk bisa mentas dari kondisi seperti sekarang. Bersama dengan suami yang bekerja sebagai buruh tambak di salah satu perusahaan tambak udang ibu Lilis berharap usaha ekonomi produktif milik kelompoknya bisa jadi cikal bakal untuk usaha yang lebih besar dan layak untuk dijadikan sandaran penghasilan keluarga. Mungkin, dan kita semua akan membantu mewujudkan pengharapan ibu Lilis dan kelompoknya serta ibu-ibu lain yang sama berusaha dengan UEP yang dimodali dari iuran sebagian hasil bantuan PKH pertama tahap keempat yang mereka terima tanggal 9 Januari 2013 yang lalu.


Proses kegiatan produksi UEP Kelompok PKH MAWAR sampai proses pendistribusiannya ditangani
oleh anggota kelompok, suport oleh Pak Kadus Pawit
Bukan sekedar keinginan dan usaha yang sungguh-sungguh dari para ibu-ibu peserta PKH yang memungkinkan mereka untuk bisa berhasil dalam usaha yang mereka tekuni, tetapi terjalinnya empaty diantara mereka adalah modal tersendiri yang sangat berharga. Memang sejak awal pendamping ingatkan agar dana yang mereka terima nanti tidak seberapa karenanya jangan sampai tidak dimanfaatkan dengan benar, termasuk menyisihkan sebagian untuk pendamping sebagai rasa terima kasih jangan sampai mereka lakukan. Tetapi memang mereka bukanlah orang-orang yang tidak memiliki rasa empaty, karena ketika pendamping mengadakan kunjungan kepada kelompok saat mereka melakukan kegiatan produksi, pendamping kerap dioleh-olehi. Lumayan untuk keluarga di rumah. Bahkan dua hari yang lalu saat suami ibu Lilis pulang kebetulan sehabis panen di tambak tempat dia bekerja, sebagian oleh-oleh berupa udang galah dihantar ke rumah saya. Nah, kalau seperti ini berat rasanya untuk menolak. Terima kasih ibu Lilis, walau diawsal-awal kelompok Mawar terbentuk ibu dan kelompok ibu menolak untuk membentuk UEP tetapi dengan apa yang sekarang ibu dan kelompok ibu kerjakan bisa jadi dua atau tiga tahun kedepan Kelompok PKH Mawar akan menjadi Kelompok UEP yang mandiri dan beromset besar. Amiin.
Kisah ibu Lilis hanya sebagian dari dinamika pendampingan yang ada di belantara program keluarga harapan di negeri ini, jika di kabupaten Pringsewu saja banyak rumah tangga peserta yang memang bisa diajak untuk sama-sama meningkatkan kualitas penghidupannya dengan membentuk UEP atau pembinaan usaha perorangan, sudah pasti rekan pendamping di wilayah lain pun melakukan hal serupa bahkan lebih dari apa yang kami buat di Pringsewu. Ini bisa menjadi sebuah prototip bagaimana pendamping tidak mudah terima atas ketidak mauan para peserta PKH bila diajak untuk sama-sama berusaha membentuk usaha dalam upaya pemberdayaan kelompok PKH yang terbentuk diawal pertemuan awal.

Jika ibu Lilis dan kelompoknya memulai usaha dengan suport besar dari seorang kepala dusun, maka lain lagi dengan Kelompok PKH Suci Hati Pekon Keputran. Kelompok PKH Suci Hati Pekon Keputran sepakat membentuk UEP bersama milik kelompok dengan menginduk kepada usaha salah seorang peserta yaitu ibu Suciati, kebetulan suami ibu Suciati adalah seorang Kepala Dusun yang sepenuhnya mendukung dan banyak membantu saya sebagai pendamping dalam melaksanakan pendmpingan khususnya di Kelompok Suci Hati. Hampir setiap hari ibu Suciati dan keluarga serta kelompoknya telah mengerjakan proses produksi berupa Sneck Tusuk Gigi dan Telur Gabus. Dari 20 orang anggota kelompok Suciati mereka bergantian membantu mengerjakan proses produksi sampai pengepakan, memang kendala tempat yang berjauhan menjadi salah satu faktor yang penghambat untuk kelompok ini dalam menjalankan usaha kelompoknya. 

Ada beberapa orang peserta kelompok Suci Hati yang telah memiliki UEP rumahan walau dalam sekala kecil, tetapi cukup untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Sebagai contoh Ibu Lasmini yang membuat usaha tahu, belum lama memang dan ibu Lasmini memang sangat memanfaatkan dana bantuan PKH yang diterimanya sebagai modal usahanya. Sampai saat sekarang lebih kurang 20 kg per hari kedelai yang dibuat sebagai bahan dasar pembuatan tahu produksinya dan dipasarkan sendiri ke pasar tradisional sekitar.

(bersambung ...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar