Menjadi sebuah aktifitas yang menarik dan bahkan sebaliknya menjadi satu hal yang sangat tidak mengenakan menjadi seorang Pendamping PKH. Apalagi dengan polemik kehidupan pribadi dan rumah tangga para Pendamping PKH yang juga banyak tekanan kehidupan yang tidak mudah untuk diatasi, dan itu adalah masalah tersendiri yang mungkin bisa berubah menjadi sebuah happy ending denga dia menjadi seorang pendamping atau sebaliknya akan menjadi faktor penghambat dalam melakoni perannya sebagai seorang Pendamping PKH. Sungguh menjadi hal yang serba mungkin untuk terjadi, apalagi kalau bertolak dari mindset seorang ketika memilih bekerja menjadi seorang Pendamping PKH. Kalau hanya berdasar kepada fasilitas honor yang diterima dengan berbanding seabrek kewajiban dan resiko yang dihadapi mungkin nilai honor yang saat ini berkisar di Rp 1.850.000 per bulan tidaklah sepadan untuk mewujudkan loyalitas dan dedikasi penuh seorang bekerja sebagai pendamping PKH, apalagi dengan biaya hidup yang kian tinggi. Kondisi ideal seorang pendamping sulit untuk diwujudkan sebagai efek dari harus mencari tambahan penghasilan dengan bekerja ditempat lain bagi seorang pendamping yang berdampak pada berkurangnya ketersediaan waktu dalam pendampingan atau menjadi tidak fokusnya dalam pencapaian target-target kerja yang telah direncanakan. Lantas bagaimana?
Satu hal yang sangat menarik dalam pelaksanaan pendampingan adalah bahwa program keluarga harapan bukan kerja individu. Kordinasi dan saling membantu dalam melaksanakan tugas pendampingan harus bisa dijalankan dengan baik agar efektifitas setiap kegiatan bisa lebih optimal. Bisa saling mengisi kekurangan sesama anggota tim dalam berbagai hal, ini adalah mutlak. Untuk itu perlu dijalin komunikasi yang harmonis antar sesama anggota tim atau pendamping PKH terutama yang berada dalam satu lokasi kecamatan. Nantinya hal-hal seperti itu akan sangat bermanfaat saat melaksanakan pendampingan terhadap peserta PKH dalam komunitas kelompoknya.
Dalam hal mejaga semangat dalam kerja, selain kordinasi sesama pendamping PKH adanya motivasi dari berbagai pihak sangat berpengaruh. Sama seperti mindset dalam setiap diri pendamping, motivasi sangat bermanfaat dalam menstabilkan kerja sehari-hari. PKH bukanlah program satu dua bulan, untuk itu motivasi perlu adanya dalam upaya menjaga komitmen agar terus bersemangat dan kerja sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam lembaran kontrak dan etika pendmping PKH. Motivasi juga bisa didapat dari cerita-cerita para tokoh motivator atau kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai motivasi yang dapat menggugah semangat dan membangkitkan kepercayaan diri dan lain sebagainya. Sebagai misal cerita si penebang pohon yang mengandung nilai tentang pentingnya menyediakan waktu khusus dalam upaya mengasah kemampuan diri.
Tersemangati oleh kata-kata bosnya tadi, penebang kayu semakin bekerja dengan keras. Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang 15 pohon. Hari ketiga, meski ia bekerja bertambah keras, ia hanya bisa merobohkan 13 pohon. Hari demi hari semakin sedikit pohon yang bisa ia tebang.
“Mengasah kapak? Saya tak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sibuk menebang pohon ….” tukas sang penebang pohon.
Sama seperti si penebang
pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam
rutinitas terpola. Sibuk, dan sibuk terus, sehingga seringkali melupakan sisi
lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak, "mengasah" dan
mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan, mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, memberi waktu yang cukup untuk keluarga, memiliki cukup waktu untuk istirahat, meluangkan waktu untuk membaca, mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.
Mindset dan Motivasi
Mindset seorang pendamping PKH bisa menjadi faktor sangat penting dalam dia melaksanakan pendampingannya. sebab untuk mewujudkan fungsi dan perannya dalam komunitas peserta PKH yang memang terdiri dari masyarakat klaster paling bawah dengan beragam permasalahan sosial yang jadi satu bukanlah persoalan mudah. Akan tetapi tidak secara otomatis menjadi seorang pendamping PKH adalah sulit dan memberatkan, mindset seorang pendamping yang menjadikan kerja pendampingan sebagai sarana ibadah dan pengabdian mungkin tidak merasa berat dengan segala kenyataan pahit yang dihadapi, apalagi kalu dia bisa melihat peluang-peluang yang ada dalam setiap aktifitas pendampingannya maka bisa hampir dipastikan seorang pendamping akan bersemangat dan fokus dalam melaksanakan tugas dan fungsi pendampingannya. Bagi kami pendamping PKH Kecamatan Sukoharjo secara teori melihat banyak peluang yang bukan saja menjadi celah dalam pemberdayaan peserta PKH agar kelak mereka bisa terlepas dari beban kemiskinannya bahkan bukan hal yang mustahil akan terlahir entrepreneur-entrepreneur dari adanya PKH ini.| Kunjungan ke Bpk M. Lutfi Kepala Pekon Sukoharjo I Kebersamaan Tim dalam melaksanakan kunjungan pra Pertemuan Awal |
Dalam hal mejaga semangat dalam kerja, selain kordinasi sesama pendamping PKH adanya motivasi dari berbagai pihak sangat berpengaruh. Sama seperti mindset dalam setiap diri pendamping, motivasi sangat bermanfaat dalam menstabilkan kerja sehari-hari. PKH bukanlah program satu dua bulan, untuk itu motivasi perlu adanya dalam upaya menjaga komitmen agar terus bersemangat dan kerja sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam lembaran kontrak dan etika pendmping PKH. Motivasi juga bisa didapat dari cerita-cerita para tokoh motivator atau kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai motivasi yang dapat menggugah semangat dan membangkitkan kepercayaan diri dan lain sebagainya. Sebagai misal cerita si penebang pohon yang mengandung nilai tentang pentingnya menyediakan waktu khusus dalam upaya mengasah kemampuan diri.
Kisa Si Penebang Pohon
Suatu ketika ada seorang penebang pohon melamar
pekerjaan ke sebuah pabrik pengolahan kayu. Ia diterima dan sangat suka dengan
bayaran yang diterima. Ia pun bekerja dengan tekun.Pimpinannya memberi ia kapak
dan menunjukkan pohon-pohon mana saja yang boleh ditebang. Pada hari pertama
bekerja ia bisa menebang 18 pohon.
"Selamat! Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan
kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang
sepertimu selama ini. Teruskan dan pertahankan itu,” kata pimpinannya.
Tersemangati oleh kata-kata bosnya tadi, penebang kayu semakin bekerja dengan keras. Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang 15 pohon. Hari ketiga, meski ia bekerja bertambah keras, ia hanya bisa merobohkan 13 pohon. Hari demi hari semakin sedikit pohon yang bisa ia tebang.
“Saya sepertinya kehilangan kekuatanku,” pikir penebang kayu. Ia pun
menemui bosnya dan meminta maaf atas kinerjanya yang buruk. Ia tidak tahu apa
yang terjadi.
“Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?” tanya
bos.
“Mengasah kapak? Saya tak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sibuk menebang pohon ….” tukas sang penebang pohon.
"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat
hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu
bisa menebang pohon dengan hasil maksimal. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga
yang sama, menggunakan kapak yang sama, tetapi tidak diasah. Kamu tahu sendiri,
hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu
untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bisa bekerja dengan tenaga yang sama
dan hasil yang maksimal. Sekarang, mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali
bekerja!"
perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukkan kepala dan mengucap terima
kasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah
kapak.
Kita semua butuh istirahat, untuk berpikir dan berkontemplasi (merenung),
untuk belajar dan berkembang. Jika kita tidak mengambil waktu untuk mengasah
“kapak”, kita akan menjadi bodoh dan kehilangan efektivitas kita.
Sudahkah Anda mengasah “kapak” hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar