Program Keluarga Harapan adalah satu investasi besar negeri ini, bukan perkara yang berlebihan bila koordinasi semua sektor terkait bisa berjalan dengan baik akan mengantarkan bangsa ini pada perbaikan generasi di masa depan. Menjalin komunikasi yang harmonis dalam rangka mempersiapkan langkah-langkah strategis dalam menyukseskan pelaksanaan PKH di lapangan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Terutama bagi para pendamping PKH di kecamatan sebagai ujung tombak program keluarga harapan. Bukan sekedar sukses secara statistik dengan angka penyerapan dana sampai dengan 100%, akan tetapi adanya partisipasi para pemangku kekuasaan mulai dari Camat sampai dengan Ketua RT secara emosional personal bukan karena ketaatan birokrasi. Sehingga pelaksanaan PKH disuatu kecamatan atau satu desa bisa menjadi pemicu munculnya gagasan-gagasan kreatif inovatif dalam rangka pemberdayaan RTM sebagai upaya mengakomodir kekecewaan para RTM yang tidak menjadi peserta PKH.| Kantor Camat Sukoharjo, UPPKH Kec. Sukoharjo |
Menghadapi kenyataan seperti hal di atas mungkin para pendamping PKH akan mempunyai banyak jawaban sebagai upaya meyakinkan pihak kepala pekon/desa agar tidak terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi atau mungkin menyampaikan beberapa alternatif upaya untuk mengeliminir gejolak yang mungkin timbul dikarenakan hal tersebut di atas. Semua itu sah-sah saja selagi pendamping PKH tidak menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin untuk diwujudkan. Akan tetapi sebagai seorang pendamping PKH melihat hal semacam ini adalah peluang besar akan terakomodirnya gagasan-gagasan pemberdayaan masyarakat terutama dari kalangan RTM yang tidak menjadi peserta PKH, dan ketika itu disampaikan kepada beliau Bapak Woto Siswoyo beliaupun menjadi sangat optimis dan berharap pertemuan awal peserta PKH di Kecamatan Sukoharjo bisa dilaksanakan di Balai Pekon Waringinsari Barat dan beliau siap membantu segala sesuatunya.
Bapak Woto Siswoyo adalah satu diantara 16 kepala pekon di Kecamatan Sukoharjo yang berharap atas program keluarga harapan agar tidak menimbulkan masalah dan beban tambahan bagi pemerintah desa walau secara teori hadirnya Program Harapan Keluarga disuatu desa bisa jadi stimulan untuk bermunculnya berbagai program pemberdayaan masyarakat. Ini akan menjadi sebuah catatan tersendiri, mengapa bisa timbul pemikiran pada diri kepala pekon kalau program keluarga harapan bisa menjadi beban tambahan di desa. Semoga itu hanya sebatas kekhawatiran yang tidak pernah terjadi, dan itu mungkin dan bisa diupayakan. Dengan membangun komunikasi dan koordinasi sedini mungkin sambil merumuskan program ikutan apa yang akan dikembangkan dalam upaya pemberdayaan masyrakat terutama dari kalangan RTM yang tidak menjadi peserta PKH. Tapi satu yang pasti bila PKH ini bisa berjalan sukses di Kabupaten Pringsewu maka Pemerintah Daerah setempat setidaknya akan dibantu lebih kurang 10 milyar rupiah pertahun dalam upaya program pengentasan kemiskinan berupa bantuan bersyarat yang diberikan kepada peserta PKH karena mereka telah memenuhi komitmen yang telah disepakati.
Akhirnya, semoga kelak data peserta PKH yang akan kami terima akan berkesesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan paling tidak nanti tidak akan ada permasalahan baru akibat kecemburuan sosial dari RTM yang tidak menjadi peserta PKH. Semoga, dan para pendamping terus bisa mawas diri dalam menjalankan amanah yang telah disanggupinya dan selalu bersemagat bekerja dalam koridor etika yang benar. Sementara bimbingan berterusan dari kordinator wilayah dan pihak UPPKH Kabupaten semoga bisa mengantarkan para pendamping PKH di Kabupaten Pringsewu menjadi yang terbaik. SMANGAT!!!
saya sangat mendukung program nya , saya rasa sangat bermanfaat bagi warga , dang dapat menambah penghasilan (SAMPINGAN)
BalasHapusKalo boleh tahu ini blognya siapa ya
Terima kasih dukungannya atas program keluarga harapan, ini blog pribadi saya mas Umar Faqih kebetulan saya sekarang adalah salah seorang pendamping PKH Kecamatan Sukoharjo.
HapusSaya Bambang Hermanto (Abu Alief). Semoga bermanfaat.