"... nama kelompoknya MANGGIS aja Pak, biar sama dengan nama Posyandunya. Ibu-ibu gimana pendapatnya, setuju tidak?", kata Ibu Yuyun Hasanah yang menjadi Ketua Kelompok KSM untuk Peserta PKH Dusun 1 dan 2 Pekon Waringinsari Barat saat pertemuan kelompok yang kebetulan bertepatan dirumah tinggalnya.
"Setujuuuu", jawab ibu-ibu Kelompok PKH serempak.
Pembentukan kelompok peserta PKH adalah bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pembinaan yang dilakukan para Pendamping PKH di lapangan. Bukan sekedar untuk memudahkan dalam sosialisi setiap perkembangan kebijakan program yang sedang berjalan, tetapi lebih dari pada itu adalah untuk memudahkan dalam pemetaan potensi daerah dampingan dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin, terutama para Peserta PKH. Motivasi untuk hidup lebih baik dan meningkatkan taraf penghidupan adalah satu dorongan yang luar biasa sekali dalam penciptaan suasana saat pembentukan kelompok usaha ekonomi produktif di kalangan peserta PKH. Ini menjadi sangat penting karena bisa menjadi pemicu bagi setiap peserta PKH untuk dapat hidup lebih baik dengan adanya perbaikan taraf penghidupannya karena ditopang dengan usaha ekonomi produkif yang mereka usahakan bersama.
Walau hanya berangkat dari ide yang sederhana, yaitu membentuk usaha kelompok dengan membuat keripik tempe dan budidaya jamur tiram, bukan mustahil bila itu dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan didukung penuh oleh segenap stakeholder terkait dan pembinaan berkelanjutan maka satu atau dua tahun kedepan ide sederhana itu akan berubah menjadi satu sumber penghasilan baru bagi ibu-ibu kelompok peserta PKH "MANGGIS" yang terdiri dari ibu-ibu pengurus PKH dari Dusun 1 dan 2 Pekon Waringinsari Barat. Sederhana, karena usaha yang dipilih telah ada yang memulai diantara rumah tangga peserta PKH, disamping itu dana awal yang dibutuhkanpun tidak terlalu besar. Dari kesepakatan musyawarah kelompok mereka bersepakat iuran Rp 20.000,- per orang sebagai modal awal. Selanjutnya pada saat setelah memperoleh pencairan dana tahap ke-1 masing-masing peserta akan menyisihkan Rp 100.000,- per orang sebagai penambahan modal awal untuk memulai usaha yang telah dipilih, yaitu membuat keripik tempe dan budidaya jamur tiram.
| Kelompok PKH "LESTARI" Pekon Waringinsari Barat |
| Satu diantara beberapa hasil produk olahan Kelompok PKH |
Dinamika Kelompok
Apa yang terjadi di lapangan tidak begitu saja terwujud sesuai apa yang kita rencanaka, bahkan sesuatu yang kita sudah sepakatipun terhadap program-program kelompok PKH bisa 180 derajat berbalik. Suka atau tidak suka kenyataan itu harus kita sikapi dengan bijak dan tidak terburu-buru menyimpulkan akar masalahnya, perlu pendalaman kepada beberapa aspek terkait personal dan lingkungan. Walau bukan konsultan ahli, tetapi seorang pendamping harus berusaha untuk mampu mengendalikan setiap situasi yang terjadi terkait dampingannya. Sebuah dinamika yang membutuhkan energi besar dalam menguasainya, tidak hanya sebatas retorika dan teori di atas meja. PKH adalah program yang terlahir dari proses pengkajian panjang dan mendalam, jadi bukan sekedar program yang hanya dibilang sukses dengan angka bagus dari pelaporan kedinasan saja, tetapi adanya nuansa perubahan yang nyata kearah perbaikan kesejahteraan.Sebuah kasus yang terjadi pada sebuah kelompok PKH, dimana pada saat pertemuan kelompok setelah proses validasi dilakukan mereka diberikan arahan dan motivasi akan pentingnya usaha pemberdayaan yang berbasis pada peningkatan ekonomi dengan membentuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP) secara berkelompok. Maksudnya adalah agar bisa diperoleh modal yang lebih besar dari pada harus memulainya dengan cara sendiri-sendiri. Terkait teknis pelaksanaan dibuat semudah mungkin yang terpenting kelompok punya aset yang bisa dikembangkan, baik oleh perorangan yang disetujui bersama atau dikelola oleh beberapa orang. Produk apa yang akan diusahakan pun telah disepakati, hanya menunggu kapan direalisasikannya. Sesuatu yang sepertinya bisa dengan mudah untuk terwujud bisa berantakan hanya karena satu dua anggota kelompok yang dalam sesi pertemuan kelompok sebelumnya tidak hadir dan tidak mengikuti bagaimana proses kesepakatan kelompok dibuat, dan itu ada dinamika yang terjadi di kelompok PKH dampingan saya.
Apakah pendamping pesimis untuk terus memotivasi agar mereka menjadi pelaku usaha ekonomi produktif yang mandiri dan berhasil? Jawaban adalah tidak, semangat dan pemakluman tentang sesuatu tidak akan begitu saja bisa teraih dengan mudah adalah kata kunci untuk OPTIMIS. Semangat Pagi yang dibudayakan dalam komunitas pendamping Kabupaten Pringsewu menjadi penyemangat tersendiri untuk mewujudkan PKH bukan sekedar program bagi-bagi uang tanpa pemberdayaan masyarakat, PKH adalah portal awal dalam mewujudkan ketangguhan pelayanan sosial di negeri ini, andai semua pihak bisa saling bahu membahu dan mengedepankan harapan perbaikan pendidikan dan kesehatan masyarakat miskin. ... (bersambung)
like
BalasHapus